Minggu, 13 Desember 2015

Radang Paru Masih Jadi Penyebab Kematian Balita


Pneumonia atau awam menyebutnya paru paru basah di Indonesia masihlah jadi persoalan kesehatan yg serius terutama bagi balita, sejak 1,5 abad yg dulu. Penyakit dikarenakan infeksi ini sudah jadi pembunuh balita paling besar ke-2 sesudah diare. Dalam satu thn lebih kurang 127 ribu balita wafat dunia lantaran pneumonia, atau kira kira 13,2 prosen dari seluruhnya kematian balita.

“Fakta ini butuh aku tekankan, biar kita sadar betapa seriusnya persoalan pneumonia ini. Kita tidak jarang demikian terpukau bersama kemunculan kembali infeksi-infeksi seperti flu burung atau ebola, & lupa bahwa ancaman nyata bagi balita kita ada di depan mata,” kata dr Hekto Meter Subuh MP PM Dirjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, usai memberikan pedoman dalam Seminar Hri Pneumonia Sedunia 2014, di Yogyakarta, Sabtu ( 15/11/2014 ). 


Lebih lanjut Subuh mengemukakan dalam 1,5 abad terakir belum ada terbosan yg signifikan dalam uapaya penyelesaian masalah pneumonia atau radang paru, karenanya infeksi tersebut masih berada kepada urutan ke-2 juga sebagai penyakit penyebab kematian kepada balita, sesudah diare.

“Diare menyebabkan 37 % kematian & pneumonia 13 %. Menjadi 50 prosen kematian terhadap balita disebabkan oleh diare & pneumonia,” lanjut Subuh.

Tingginya kematian balita sebab diare & pneumonia, lanjut Subuh, disebaban sebab rendahnya mutu lingkungan, baik sebab sampah, polusi hawa ataupun air yg tercemar. diluar itu, pun lantaran kurangnya perhatian masarakat terhadap tradisi hidup sehat.

“Jika kita dapat membiasakan diri utk hidup bersih, mencuci tangan gunakan sabun kepada air mengalir, pemberian ASI ekslusif, imunisasi, asupan gizi seimbang & menghindarkan balita dari asap rokok, sehingga dampak terkena pneumonia dapat amat sangat rendah,” jelasnya.

Subuh melanjutkan diare & pneumonia bukan murni masalah kesehatan, namun serta masalah sosial. Difungsikan kerja sama lintas bagian buat penanganannya. Tidak Hanya langkah-langkah preventif tersebut, buat menekan kematian balita lantaran pneumonia, mutu pelayanan kesehatan ditingkat primer & i puskesmas-puskesmas pula butuh dioptimalkan.

Tidak Cuma kebolehan tenaga medis dalam laksanakan deteksi dini pneumonia, fasilitasnyapun butuh dioptimasi. “ Tidak Sedikit kasus kematian balita dikarenakan pneumonia, disebabkan keterlambatan penanganan. Pasien telah dalam keadaan sesak nafas akut, kita baru menyadari lantaran pneumonia. Keadaan bakal makin jelek disaat di pusat pelayanan keehatan primer tak sedia oksigen yg memadai buat cepat memberikanpertolongan mula-mula,” pungkasnya.

Sponsor

Responsive Ad

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

search
Kontak · Privasi · Tentang
© 2015 fieldmethodsinrockart. Template oleh PosHape. ke Atas